Definisi
: Fraktur
merupakan hilangnya kontinuitas tulang, baik total ataupun sebagian yang
disebabkan karena adanya trauma. Fraktur secara umum dibedakan menjadi 2 yaitu
fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Dimana ini ditentukan oleh kekuatan,
sudut dan tenaga, keadaan tulang serta jaringan lunak di sekitarnya. Fraktur
terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar akibat adanya
luka kulit dan jaringan lunak sehingga berpotensi terjadi infeksi dan
komplikasi, sedangkan fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus
oleh fragmen tulang atau kulit dalam keadaan utuh, sehingga tempat fraktur
tidak tercemar dunia luar atau lingkungan.
Etiologi
: Fraktur
paling banyak disebabkan karena adanya trauma, baik itu trauma langsung, trauma
tidak langsung, maupun trauma ringan. Trauma langsung adalah apabila tulang
menerima benturan langsung misalnya pada saat penderita jatuh dari sepeda
motor, dan mengakibatkan tulang berbenturan langsung dengan benda yang keras.
Trauma tidak langsung adalah apabila tempat atau daerah yang yang mengalami
benturan jauh dari tulang yang patah, misalnya terpeleset dikamar mandi.
Sedangkan trauma ringan adalah benturan ringan yang menyebabkan fraktur akibat dari rapuhnya tulang tersebut atau akibat
adanya penyakit tertentu (patologis).
Macam-macam
Fraktur: Fraktur dibedakan berdasarkan tingkat kegawat
daruratannya, berdasarkan garis dan bentuk patahannya, berdasarkan kedudukan
fragmennya.
a. Berdasarkan
tingakat kegawat daruratannya : Pembagian fraktur menurut tingkat kegawat daruratan
atau tingkat kesakitannya terdiri dari derajat I, II, dan III. Derajat Satu
(Grade I) adalah luka laserasi lebih dari 1 cm atau tusukan-tusukan pada kulit
dengan kerusakan optimal. Derajat Dua (Grade II) adalah luka laserasi lebih
dari 2 cm atau seperti derajat satu dengan kulit dan otot mengalami luka memar.
Derajat Tiga (Grade III) adalah luka lebar atau hebat atau hilangnya jaringan
sekitarnya, luka lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan sel-sel darah, saraf, otot
dan kulit.
b. Berdasarkan
garis dan bentuk patahannya : Fraktur dibagi menjadi green stick, transverse,
longitudinal, oblique, spiral dan comminuted. Jenis garis patahan green stick adalah jenis garis patahan
pada sebelah sisi dari tulang (retak dibawah lapisan periosteum) atau tidak
mengenai seluruh korteks, sering terjadi pada anak-anak dengan tulang lembek. Transverse yaitu jenis garis patahan
melintang dan sering terjadi, Longitudinal
yaitu jenis garis patahan memanjang. Oblique
yaitu jenis garis patahan miring. Spiral yaitu jenis garis patahan melingkar. Comunited yaitu jenis garis patahan
menjadi beberapa fragmen kecil.
c. Berdasarkan
kedudukan fragmennya : Dengan disertai dislokasai atau tidak disertai
dislokasi. Dislokasi terdiri dari beberapa jenis. Dislokasi at axim yaitu
membentuk sudut. Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh. Dislokasi at
longitudinal yaitu berjauhan memanjang. Dislokasi at lutuscum controltinicum
yaitu fragmen tulang menjauh dan overlap (memendek).
Pemeriksaan
Penunjang : Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
klien dengan fraktur adalah Pemeriksaan rontgen dengan tujuan untuk menentukan
lokasi / luasnya fraktur / trauma. Scan tulang (fomogram, scan CT / MRI) untuk
memperlihatkan fraktur dan juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikan
kerusakan jaringan lunak. Arteriogram, dilakukan bila kerusakan vaskuler
dicurigai. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat (hemo konsentrasi) atau
menurun (pendarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma
multiple) Hb, leukosit, LED, golongan darah dan lain-lain.
Penanganan
: Prinsip
penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula
(reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang
(imobilisasi). Pada anak-anak reposisi yang dilakukan tidak harus mencapai
keadaan sempurna seperti semula karena tulang mempunyai kemampuan remodeling.
Penganan pada tahap awal atau pertolongan pertama bisa diberikan PRICE (positioning, rest, ice, compression,
elevation), untuk mengurangi nyeri, pembengkakan dan mengurangi efek dari
peradangan atau fase infalamasi. Tulang akan melakukan penyambungan dengan
sendiri sesuai dengan tahapan-tahapannya, penanganan fisioterapi yang kita
berikan jangan sampai menggangu dari tahap penyembuhan secara alamiahnya,
selain itu permasalahan yang sering muncul akibat imobilisasi yang lama adalah terjadinya
atropi dan berkurangnya lingkup gerak sendi sehingga apabila dirasa sudah bisa untuk
dilakukan gerakan aktif ataupun pasif maka dilakukan segera untuk meminimalisir
dampak dari imobilisasi tadi. Lama dari penyembuhan juga ditentukan oleh faktor
usia pasien, banyaknya displacement fraktur, jenis fraktur, lokasi fraktur,
pasokan darah pada fraktur, dan kondisi medis yang menyertainya.
Penutup
: Fraktur
atau patah tulang dapat sembuh atau tersambung dengan sendirinya akan tetapi
hal yang perlu diperhatikan adalah memposisikan dengan benar saat ingin di imobilisasi
karena apabila salah dalam memposisikan kembali (reposisi) maka akan
berpengaruh pada kualitas penyambungan tulangnya. Semoga Bermanfaat!!!
Komentar
Posting Komentar