Definisi, Epidemiologi, Tanda dan Gejala, Anatomi fisiologi, dan Patofisiologi pada Carpal Tunnel Syndrome
Dalam aktifitas sehari-hari, banyak sekali
pekerjaan yang kita lakukan dengan menggunakan tangan (khususnya pada
pergelangan tangan) baik yang dalam keadaan diam/statis ataupun dalam kedaan
berulang/repetitif seperti mengangkat, membawa, mendorong, menekan
dll. Aktifitas ini akan menimbulkan permasalahan baik pada
muskuloskeletal ataupun pada neuromuskuler, pekerjaan yang beresiko tinggi
seperti, pekerja yang terpapar getaran, pekerja perakitan, pengolahan makanan
dan buruh pabrik makanan beku, pekerja toko, pekerja industri, pekerja tekstil,
pengguna computer.
Dalam waktu yang lama ini
akan mengakibatkan terjadinya gejala seperti nyeri pada malam hari, kebas dan
bengkak pada tangan serta menimbulkan rasa tidak nyaman pada pergelangan tangan
sampai pada jari-jari, hal ini disebut sebagai gejala dari Carpal
Tunnel Syndrome atau CTS.
APA ITU CARPAL TUNNEL SYNDROME...?
Menurut Chung dkk,
2010 Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah penekanan saraf medianus pada
pergelangan tangan yang menimbulkan rasa nyeri, paresthesia, numbness, dan
kelemahan sepanjang perjalan saraf medianus. Neuropati ini disebabkan oleh
terperangkapnya saraf medianus pada area carpal tunnel, yang
dibatasi oleh tulang-tulang carpal dan juga transverse
carpal ligament. Di area carpal tunnel terjadi peningkatan tekanan
sehingga terjadi penurunan fungsi saraf medianus pada tingkatan tersebut
(Ibrahim dkk, 2012).
BAGAIMANA EPIDEMIOLOGI PADA KASUS CARPAL
TUNNEL SYNDROME...?
Angka kejadian Carpal
Tunnel Syndrome di Amerika Serikat telah diperkirakan sekitar 1-3 kasus per
1.000 orang setiap tahunnya dengan revalensi sekitar 50 kasus dari 1.000 orang
pada populasi umum. Orang tua setengah baya lebih
mungkin beresiko dibandingkan orang yang lebih muda, dan wanita tiga kali lebih
sering daripada pria. (Huldani, 2013).
National Health Interview
Study (NIHS) mencatat bahwa CTS lebih sering mengenai
wanita daripada pria dengan usia berkisar 25 - 64 tahun, prevalensi tertinggi
pada wanita usia > 55 tahun, biasanya antara 40 – 60 tahun. Prevalensi CTS
dalam populasi umum telah diperkirakan 5% untuk wanita dan 0,6% untuk
laki-laki. CTS adalah jenis neuropati jebakan yang paling sering ditemui.
Sindroma tersebut unilateral pada 42% kasus ( 29% kanan,13% kiri ) dan 58%
bilateral (Huldani, 2013).
Perkembangan CTS
berhubungan dengan usia. Phalen melaporkan jumlah kasus meningkat untuk setiap
dekade usia 59 tahun, setelah itu, jumlah kasus di setiap dekade menurun.
Atroshi et al. mengamati serupa distribusi usia dengan prevalensi tertinggi CTS
pada pria dari 45-54 tahun dan wanita usia 55-64. Lunak dan Rudolfer menemukan
bahwa kasus CTS memiliki distribusi usia dengan puncak pada usia
50-54 tahun. Jumlah tenaga kerja dengan CTS di beberapa perusahaan
garmen di Jakarta sebanyak 20,3% responden dengan besar gerakan biomekanik
berulang sesaat yang tinggi pada tangan pergelangan tangan kanan 74,1%,
dan pada tangan kiri 65,5%. Pekerja perempuan dengan CTS lebih tinggi secara
bermakna dibandingkan dengan pekerja laki-laki. Tidak terdapat perbedaan antara
peningkatan umur, pendidikan, masa kerja, jam kerja serta tekanan biomekanik
berulang sesaat terhadap peningkatan terjadinya CTS (Huldani,
2013).
BAGAIMANA TANDA DAN GEJALA KLINIS
PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME...?
Teori-teori yang telah
menjelaskan tetang terjadinya CTS akan menimbulkan tanda dan gejala yang akan
dirasakan oleh penderita. Akan tetapi setiap penderita memiliki tanda dan
gejala yang berbeda-beda. Menurut Ibrahim, dkk (2012) tanda dan gejala CTS dapat
diklasifikasikan menjadi tiga tahap yaitu:
·
Tahap pertama:
Pasien mengalami gangguan tidur pada malam hari terasa
kebas dan bengkak pada tangan. Beberapa merasakan nyeri berat yang terasa dari
pergelangan sampai bahu seperti tertusuk yang menimbulkan rasa tidak nyaman
pada pergelangan tangan sampai jari-jari (brachialgia paraesthetica nocturna).
Saat dilakukan flick sign akan memprovokasi keluhan. Selain
itu, di pagi hari terasa kaku pada jari-jari.
·
Tahap kedua:
Gejala muncul sepanjang hari terutama saat melakukan
aktivitas statis dalam waktu yang lama atau pekerjaaan berulang ulang pada
pergelanagan tangan. Sehingga benda yang ada dalam genggaman akan jatuh karena
tidak dapat merasakan lagi akibat motor deficit.
·
Tahap akhir:
Muncul atropi pada otot thenar dan
respon saraf medianus menjadi lambat akibat kompresi pada carpal
tunnel. Pada fase ini sensoriknya mulai berkurang, terasa sakit pada
otot thenar, kompresi semakin berat, kelemahan dan atropi pada
m. abductor pollicis.
BAGAIMANA ANATOMI FISIOLOGI PADA CARPAL
TUNNEL SYNDROME...?
Wrist joint merupakan
sendi yang dibentuk oleh os radius dan ulna bagian distal, ossa carpal.
Sedangkan hand terdiri dari ossa carpal, ossa metacarpal dan phalanges. Hand dibentuk
oleh 29 sendi, 27 tulang dan lebih dari 30 otot dan tendon yang bekerja
bersama-sama untuk menghasilkan gerakan pada sendi. Anatomi wrist joint dan hand meliputi
tulang, soft tissue, persarafan, pembuluh darah dan biomekaniknya. Pada wrist
joint dan hand, area terjadinya CTS yaitu pada carpal
tunnel.
Carpal tunnel merupakan
sebuah terowongan yang dibentuk oleh flexor retinaculum sebagai
atap dan carpal sulcus sebagai dasar. Tulang pembentuknya
terdiri dari os hamatum, pisiformis, os scapoideum, os trapezoid dan
tendon flexor carpi radialis. Kemudian dilapisi oleh kapsul dan anterior
radiocarpal ligament. Nervus medianus memasuki area terowongan
tersebut yang dikelilingi oleh empat tendon dari superficial flexors,
empat tendon dari deep flexors dan long flexor (Chammas
dkk., 2014).
Perjalanan saraf medianus
berasal dari lateral dan medial cord pada brachial
plexus dari C8 dan T1 yang berjalan ke inferior sisi medial lengan
atas diantara m.brachialis dan m.biceps
brachii. Kemudian menuju fossa cubital bertemu dengan
arteri brachialis dan biceps tendon, bercabang
mensarafi empat otot yaitu m. pronator teres, m.palmaris longus, m.flexor
digitorum superficialis dan m.flexor carpi radialis. Nervus
medianus berjalan ke lengan bawah masuk diantara m.pronator
teres.
Setelah bercabang
mensarafi empat otot, lalu bercabang dua. Pada cabang anterior
interosseous nerve menginervasi deep muscles bagian anterior lengan
bawah. Otot yang diinervasi meliputi setengah m.flexor digitorum
profundus, m.flexor pollicic longus dan m.pronator
quadratus. Sedangkan pada cabang yang lain menuju pergelangan tangan
melewati m.flexor carpi radialis dan m.palmaris
longus masuk ke carpal tunnel di bawah transverse
carpal ligament yang menginervasi grup otot thenar dan lumbricals (Ibrahim,dkk,
2012). Selanjutnya menuju ke jari-jari I sampai setengah lateral jari
IV sisi anterior.
Pada otot thenar akan
mengalami atropi akibat CTS. Hal ini terjadi karena saraf medianus yang
menginervasi otot thenar setelah melewati carpal
tunnel tidak dapat menjalankan tugas secara maksimal.
BAGAIMANA PATOFISIOLOGI PADA CARPAL
TUNNEL SYNDROME...?
Kasus CTS sebagaian besar
disebabkan karena kompresi pada ruang carpal tunnel. Susunan ossa
carpal dan transverse carpal ligament membentuk carpal
tunnel (terowongan karpal) yang mana pada ruang tersebut diisi oleh
sembilan flexor tendon dan saraf medianus. Sebelum masuk ke
area carpal tunnel, cabang yang mensarafi area palmar cutaneus
membawa serabut sensorik otot thenar. Setelah keluar dari area carpal
tunnel, cabang dari otot thenar menginervasi m.abductor pollicis
brevis, m. opponens pollicis, dan m. lumbrical I serta II.
Selain itu juga mensarafi m.flexor pollicis brevis. Pada
cabang yang lain mensarafi jari I, II, III dan setengah jari IV
Akibatnya timbul gangguan motorik dan sensorik pada bagian palm, phalange I,
II, III dan lateral phalange IV (Pasnoor dan Dimachkie, 2011).
Beberapa teori menjelaskan
gejala dan proses terperangkapnya saraf medianus. Teori-teori tersebut
yaitu mechanical compression, micro-vascular insufficiency,
dan vibration theories.
·
Mechanical compression
Menjelaskan faktor penyebab terjadinya CTS karena strain, overuse,
dan pekerjaan yang berulang-ulang pada pergelangan tangan yang
menyebabkan terjadinya kompresi atau penekanan pada saraf medianus sehingga
perjalanan saraf ke jari I-IV terhambat.
·
Teori micro-vascular insufficiency
Berpendapat bahwa berkurangnya asupan darah yang
terdiri dari oksigen dan nutrisi untuk saraf menyebabkan kemampuan transmisi
impuls saraf menurun. Karakteristik yang akan dirasakan adalah tingling,
numbness, dan acute pain. Beberapa pendapat menyatakan iskemik
memiliki peran penting sebagai pemicu terjadinya CTS. Berdasarkan hasil penelitian,
iskemik menyebabkan peningkatan tekanan pada carpal tunnel yang
menimbulkan kelemahan otot dan berkurangnya sensibilitas karena konduktivitas
saraf yang terganggu, selain itu juga terasa nyeri dan parestesia.
·
Teori terakhir yaitu vibration
theories
Menyebutkan gejala CTS dapat
menghasilkan efek jangka panjang akibat penggunaaan alat yang
menimbulkan vibrasi pada saraf medianus di carpal tunnel (Aroori
dan Spence, 2008).
DAFTAR PUSTAKA :
1. Aroori,
S dan Spence, RAJ. Carpal Tunnel Syndrome. 2008. The Ulster Medical Society.
Vol 77. Page 1-17.
2. Chammas,
M., Boretto, J., Burmannc, LM., Ramosc, RM., Netoc FCDS., Silvac, JB.
2014. Carpal tunnel syndrome – Part I (Anatomy, Physiology, Etiology
and Diagnosis). Revista Brasileria de Orthopedia. Vol 49. No 5: Page
429–436.
3. Chung,
KC., Claphman, PJ., dan Ono, S. 2010. Optimal Management Of Carpal
Tunnel Syndrome. International Journal of General Medicine. Vol 3.
Page 255–261.
4. Huldani.
2013. Carpal Tunnel Syndrome. Universitas Lambung Mangkurat :
Fakultas Kedokteran Banjarmasin.
5. Ibrahim,
I., Goddard, N., Khan, WS., dan Smitham, P. 2012. Carpal Tunnel
Syndrome: A Review of The Recent Literature. The Open Orthopaedics Journal. Vol
6. Page 69-76.
6. Pasnoor,
M dan Dimachkie, MM. 2011. Carpal Tunnel Syndrome. MedMerits Corporation.
Komentar
Posting Komentar