Untuk dasar assessment/pemeriksaan
kita sudah menjelaskan tentang pengukuran kekuatan otot dengan menggunakan tes
otot manual atau sering disebut Manual Muscle Testing (MMT).
Baca Juga : Pengukuran
Kekuatan Otot dengan MMT
Untuk pemeriksaan
fisioterapis itu ada memiliki banyak aspek dilihat dari keluhan pasien,
biasanya pasien akan mengeluhkan rasa nyeri kepada fisioterapis. Bagaimana cara
pemeriksaannya…???
Sekarang kita akan membahas bagaimana cara
fisioterapis dalam melakukan assessment atau pemeriksaan pada
pasien yang mengeluhkan nyeri. Ada beberapa tipe pengukuran nyeri yaitu, self-report
measure, observational measure, dan pengukuran fisiologis.
1.
Self-report
measure,
Pengukuran seringkali
melibatkan nyeri pada beberapa jenis skala metrik. Seorang penderita diminta
untuk menilai sendiri seberapa besar nyeri yang dirasakan, apakah nyeri
berat(sangat nyeri), nyeri sedang dan nyeri ringan. Penilaian terhadap
intensitas nyeri, kondisi psikis dan emosional atau keadaan affektif nyeri juga
dapat dicatat. Self-report dianggap sebagai standar gold untuk
pengukuran nyeri karena konsisten terhadap definisi atau makna nyeri, sedangkan
yang termasuk dalam self-report measure adalah skala
pengukuran nyeri (misalnya VRS,VAS,dll).
2.
Observational
measure,
Pengukuran ini adalah
metode lain dari pengukuran nyeri. Observational measure biasanya
mengandalakan pada fisioterapis untuk mencapai kesempurnaan pengukuran dari
berbagai aspek pengalaman nyeridan biasanya berkaitan dengan tingkah laku
penderita. Pengukuran ini membutukan waktu yang lebih lama dan kurang sensitive
terhadap komponen subjektif dan afektif nyeri. Yang termasuk dalam pengukuran
ini adalah pengukuran tingkah laku, fungsinya, range of motion,dll.
3.
Pengukuran
fisiologis
Perubahan biologis dapat
digunakan sebagai pengukuran tidak langsung pada nyeri akut, tetapi respon
biologis pada nyeri akut dapat di stabilkan dalam beberapa waktu karena tubuh
dapat berusaha memulihkan homeostatisnya. Pernafasan atau denyut nadi mungkin
menunjukkan beberapa perubahan yang kecil pada awal migraine jika terjadi
serangan tiba-tiba dan keras, tetapi beberapa waktu kemudian perubahan tersebut
akan kembali sebelum migraine tersebut menetap sekalipun migrainnya berlangsung
lama. Pengukuran ini berguna jika dalam keadaan dimana pengukuran secara
observasi lebih sulit dilakukan. Yang termasuk dalam pengukuran fisiologis
adalah pemeriksaan denyut nadi dan pernafasan,dll.
Ada 3 metode yang umumnya
digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri yaitu Verbal Rating Scale (VRS), Numrical
Reting Scale (NRS), dan Visual Analogue Scale (VAS).
1. Verbal Rating Scale (VRS)
Alat ukur yang menggunakan
kata sifat untuk menggambarkan level intensitas nyeri yang berbeda, range dari
“no pain” sampai “nyeri hebat” (extreme pain). VRS merupakan alat
pemeriksaan yang efektif untuk memeriksa intensitas nyeri, biasanya skor dengan
memberikan angka pada setiap kata sifat sesuai dengan tingkat intensitas
nyerinya. Sebagai contoh, dengan menggunakan skala 5-point yaitu none (tidak
ada nyeri) dengan skore “0”, mild (kurang nyeri) dengan skore
“1”, moderate (nyeri yang sedang) dengan skore “2”, severe (nyeri
keras) dengan skor “3”, very severe (nyeri yang sangat keras)
dengan skore “4”. Angka tersebut berkaitan dengan kata sifat dalam VRS,
kemudian digunakan untuk memberikan skor untuk intensitas nyeri pasien.
Pengukur ini mempunyai keterbatasan didalam mengaplikasikannya. Beberapa
keterbatasan VRS adalah adanya ketidakmampuan pasien untuk menghubungkan kata
sifat yang cocok untuk level intensitas nyerinya, dan ketidakmampuan pasien
yang buta huruf untuk memahami kata sifat yang digunakan.
2. Numeral Rating Scale (NRS)
Suatu alat ukur yang meminta
pasien untuk menilai rasa nyerinya sesuai dengan level intensitas nyerinya pada
skala numeral dari 0 – 10 atau 0 – 100. Angka 0 berarti “no pain” dan 10
atau 100 berarti “severe pain” (nyeri hebat). Dengan skala NRS-101 dan
skala NRS-11 point, fisioterapis dapat memperoleh data dasar yang berarti dan
kemudian digunakan skala tersebut pada setiap pengobatan berikutnya untuk
memonitor apakah terjadi kemajuan.
3. Visual Analogue Scale (VAS)
Alat ukur lainnya yang
digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri dan secara khusus meliputi 10-15 cm
garis, dengan setiap ujungnya ditandai dengan level intensitas nyeri (ujung
kiri diberi tanda “no pain” dan ujung kanan diberi tanda “bad pain”
(nyeri hebat). Pasien diminta untuk menandai disepanjang garis tersebut sesuai
dengan level intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Kemudian jaraknya diukur
dari batas kiri sampai pada tanda yang diberi oleh pasien (ukuran mm),
dan skornya adalah yang menunjukkan level intensitas nyeri. Kemudian
skor tersebut dicatat untuk melihat kemajuan pengobatan/terapi selanjutnya.
Secara potensial, VAS lebih sensitif terhadap intensitas nyeri daripada
pengukuran lainnya seperti VRS skala 5-point karena responnya yang lebih terbatas.
Begitu pula, VAS lebih sensitif terhadap perubahan pada nyeri kronik daripada
nyeri akut (Carlson, 1983 ; McGuire, 1984). Ada beberapa keterbatasan dari VAS
yaitu pada beberapa pasien khususnya orang tua akan mengalami kesulitan
merespon grafik VAS daripada skala verbal nyeri (VRS) (Jensen et.al, 1986;
Kremer et.al, 1981). Beberapa pasien mungkin sulit untuk menilai nyerinya pada
VAS karena sangat sulit dipahami skala VAS sehingga supervisi yang teliti dari
fisioterapis dapat meminimalkan kesempatan error (Jensen et.al, 1986). Dengan
demikian, jika memilih VAS sebagai alat ukur maka penjelasan yang akurat
terhadap pasien dan perhatian yang serius terhadap skore VAS adalah hal yang
vital (Jensen & Karoly, 1992).
Dari penjelasan tentang
pengukuran Nyeri pada pasien diatas, maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa
setiap alat ukur nyeri itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing,
fisioterapis harus bener-bener memahami hal tersebut, sehingga pada saat
melukukan assessment atau pemeriksaan maka hasil yang didapatkan bener-benar
bisa mewakili dari apa yang pasien keluhkan atau rasakan. Hal yang paling
penting adalah bahwa tidak ada intervensi yang baik apabila diawali dari hasil
assessment yang buruk. Semangat terus semoga bisa menjadi fisioterapis yang professional
dan bermanfaat.
Sumber
: Buku Measuring health, a guide to rating scale and questionnairs. penulis Ian
McDowell, Claire Newell. Oxford University Press.2006.
Komentar
Posting Komentar