Indonesia merupakan salah
satu negera berkembang, dimana seperti yang kita ketahui permasalahan yang
sangat mencolok adalah pada sektor ekonomi yang masih banyak masyarakat yang
tidak memiliki pekerjaan tetap sehingga berpengaruh terhadap kurangnya gizi,
sebaliknya yang memiliki perekonomian yang tinggi belum terlalu mengerti
tentang gaya hidup baik itu dari perilaku sehat, kebiasaan merokok,
minum-minuman beralkohol,dll. Konsep Fisioterapi pada kesehatan masyarakat itu
memiliki peran pada tahap promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Permasalahan
yang timbul akibat dari kelebihan dan kekurangan gizi pada masyarakat, membuat
fisioterapi sangat penting dalam mengambil peran serta untuk memberikan
promosi, pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi. Berikut ini permasalah
akibat kelebihan dan kekurang gizi pada masyarakat dan berkaitan dengan peran
fisioterapi :
1.
Kelebihan Gizi
Gizi
lebih terjadi akibat ketidak seimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran
energi. Faktor penyebab:
·
Efek toksis yang membahayakan,
·
Kelebihan energy,
·
Kurang gerak,
·
Kemajuan ekonomi,
·
Kurang pengetahuan akan gizi seimbang,
·
Aktivitas
fisik golongan masyarakat rendah,
·
Tekanan hidup/ stress
AKIBAT
KELEBIHAN GIZI :
·
Obesitas/ kegemukan. Energy disimpan dalam
bentuk lemak,
·
Penyakit degenerative: hipertensi,
diabetes, jantung koroner, hipertiroid, stroke,
·
Usia harapan hidup semakin menurun.
PENYAKIT
YANG DISEBABKAN AKIBAT GIZI LEBIH :
a. OBESITAS
DAN OVERWEIG
Obesitas
dan overweight adalah dua kata yang mempunyai arti yang berbeda dalam segi gizi
klinis, meskipun keduanya selalu disamaratakan dan disejajarkan
penggunaanya.
·
Obesitas :
Obesitas adalah kelebihan berat badan yang berasal dari lemak. Bila berat badan
lebih dari 120% berat badan standar. Seorang bayi atau anak yang kegemukan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk tetap kegemukan pada masa pubertas dan
dewasa. Penimbunan lemak yang berlebihan pada kegemukan disebabkan oleh
konsumsi energi yang melebihi kebutuhan termasuk kebutuhan energi untuk
pertumbuhan. Penyebab gangguan keseimbangan energi antara lain adalah faktor
keturunan, konsumsi energi, dan pengeluaran energi.
·
Overweight :
Overweight lebih mengacu pada kelebihan berat badan dibandingkan dengan standar
normal. Bila berat badan 110-120% berat badan standar. Berat badan overweight
bisa berasal dari otot, tulang, organ- organ vital, dan sebagainya. Contoh dari
kasus Overweight adalah para binaragawan, mereka mungkin berat badanya lebih
daripada orang normal yang sama umurnya dengan mereka namun meski mereka lebih
berat, tidak bisa dikatakan sebagai obese karena kelebihan berat badanya
berasal dari otot.
b.
HIPERTENSI
Hipertensi
adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka
bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur
tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat
digital lainnya.Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi
badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah
120/80 mmHG. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan
nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah
menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas atau berolahraga.
c.
DIABETES
Diabetes
melitus, DM (bahasa Yunani: διαβαίνειν, diabaínein,
tembus atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga
dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing manis adalah kelainan
metabolik yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa
hiperglikemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein,
sebagai akibat dari: Defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, Defisiensi
transporter glukosac. Penyebab Diabetes: Malas bergerak, Banyak konsumsi
karbohidrat sederhana, Kurang Tidur, Kebiasaan Merokok, Stress atau depresi.
d.
HIPERTIROID
Kelebihan
yodium di dalam tubuh dikenal juga sebagai hipertiroid. Hipertiroid terjadi
karena kelenjar tiroid terlalu aktif memroduksi hormon tiroksin. Biasanya
ditandai gejala mudah cemas, lemah, sensitif terhadap panas, sering
berkeringat, hiperaktif, berat badan menurun, nafsu makan bertambah, jari-jari
tangan bergetar, jantung berdebar-debar, bola mata menonjol serta denyut nadi
bertambah cepat dan tidak beraturan.Untuk memenuhi kecukupan yodium sebaiknya
di dalam menu sehari-hari sertakan bahan bahan pangan yang berasal dari laut.
Kebutuhan yodium perhari sekitar 1-2 mikrogram per kg berat badan. Kecukupan
yang dianjurkan sekitar 40-120 mikrogram/ hari untuk anak sampai umur 10 tahun,
150 mikrogram/ hari untuk orang dewasa. Untuk wanita hamil dan menyusui
dianjurkan tambahan masing-masing 25 mikrogram dan 50 mikrogram/ hari.
e.
STROKE
Stroke
adalah serangan otak yang timbulnya mendadak akibat tersumbat atau pecahnya
pembuluh darah otak. Dengan kata lain penyakit stroke ini merupakan penyakit
pembuluh darah otak (serebrovaskuler) yang ditandai dengan kematian jaringan
otak (infark serebral) hal ini disebabkan karenakan adanya penyumbatan,
penyempitan atau pecahnya pembuluh darah menuju otak sehingga pasokan darah dan
oksigen ke otak berkurang dan menimbulkan serangkaian reaksi biokimia yang akan
merusakkan atau mematikan sel-sel saraf otak.
Jumlah
penderita stroke di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya. Pada akhir tahun
2012 lalu, sebuah lembaga mencatat telah terjadi sekitar 500.000 kasus
penderita stroke dengan angka 12.500 orang meninggal akibat penyakit tersebut.
Sementara sisanya mengalami cacat, baik ringan maupun berat. Karena itu
pengobatan awal serta pencegahan menjadi perang penting dalam memerangi stroke.
Ada
dua faktor yang merupakan penyebab stroke yaitu resiko medis dan resiko
perilaku
·
Faktor
risiko medis :Faktor resiko medis yang menyebabkan atau
memperparah stroke antara lain hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi),
kolesterol, arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah), gangguan jantung,
diabetes, riwayat stroke dalam keluarga (faktor keturnan) dan migren (sakit
kepelah sebelah). Menurut data statistik 80% pemicu stroke adalah hipertensi
dan arteriosklerosis.
·
Faktor
risiko perilaku: Faktor resiko perilaku disebakan oleh gaya
hidup dan pola makan yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, menkonsumsi
minuman bersoda dan beralkohol gemar mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food
dan junk food). Faktor resiko perilaku lainnya adalah kurangnya aktifitas gerak
/ olah raga dan obesitas. Salah satu pemicunya juga adalah susasana hati yang
tidak nyaman seperti sering marah tanpa alasan yang jelas.
2.
Kekurangan Gizi
Gizi
kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan zat
gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang
berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi bersifat ringan sampai dengan
berat. Gizi kurang menggambarkan kurangnya makanan yang dibutuhkan untuk
memenuhi standar gizi. Gizi kurang juga berarti, suatu kondisi yang
terjadi ketika seseorang mengalami kekurangan nutrisi penting tertentu, gagal
untuk memenuhi tuntutan tubuh yang menyebabkan efek pada pertumbuhan, kesehatan
fisik, suasana hati, perilaku dan fungsi-fungsi lain dari tubuh. Dengan
demikian menjadi kekurangan gizi tidak selalu berarti bahwa orang kekurangan
berat badan.
FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB TERJADINYA GIZI KURANG:
·
Pola makan atau
asupan gizi yang kurang dan pola hidup masyarakat,
·
Faktor sosial budaya,
·
Faktor pendidikan,
·
Faktor ekonomi dan kepadatan penduduk,
·
Faktor infeksi dan penyakit lain,
·
Sanitasi Lingkungan,dll.
MASALAH
GIZI KURANG YANG BANYAK TERJADI DI INDONESIA :
Situasi
global, untuk kejadian luar biasa, tingginya harga makanan akan meningkatkan
jumlah anak yang kekurangan gizi terutama di wilayah WHO yang melaporkan
penemuan kasus kekurangan gizi. Populasi di dunia 2008 yang diperkirakan
beresiko terhadap kurang gizi mencapai 44.967 juta orang yang tinggal di
wilayah perkotaan dan pedesaan, yang merupakan penyebab utama kematian (WHO,
2008).Sedangkan di Indonesia, data susenas menunjukkan bahwa prevalensi gizi
kurang selalu menunjukkan peningkatan yaitu dari 12,66 % (2001), 14,28 % dan
14,33 % (2004) (Dinkes RI, 2004). Contoh masalah gizi kurang yang banyak
terjadi di Indonesia, antara lain :
a.
KEP
(Kekurangan Energi Protein) / PEM (Protein Energi Malnutrition) :
·
Marasmus,
·
Kwashiorkor,
·
Marasmus-Kwashiorkor
Anak-anak
gizi kurang dengan tanda-tanda klinis ini dapat di deteksi kekurangan energi
proteinnya melalui :
·
Penimbangan bulanan di Posyandu termasuk
upaya-upaya kejar timbangnya,
·
Surveilens gizi/KLB gizi,
·
Manajemen Terpadu Balita Sakit dan
Poliklinik KIA/tumbuh kembang.
b.
GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium),
c.
AGB
(Anemia Gizi Besi),
d.
Kekurangan
Vitamin A (KVA).
DAMPAK
YANG DITIMBULKAN AKIBAT GIZI KURANG :
Terhadap
perkembangan anak, dampak jangka pendek gizi kurang terhadap perkembangan anak
menurut Nency & Arifin (2005), diantaranya menjadikan anak apatis,
gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka
panjang adalah penurunan skor intelligence quotient (IQ), penurunan
perkembangan kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan
perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya
prestasi akademik di sekolah. Kurang gizi berpotensi menjadi penyebab
kemiskinan melalui rendahnya kualitas sumber daya manusia dan produktivitas.
Tidak heran jika gizi kurang yang tidak dikelola dengan baik, pada fase akutnya
akan mengancam jiwa dan pada jangka panjang akan menjadi ancaman hilangnya
sebuah generasi penerus bangsa.
Pengertian
yang umum kita gunakan selama ini terkait gizi kurang diantaranya dikemukakan
Gibson (2005), yang mengemukakan bahwa gizi kurang merupakan salah satu
klasifikasi status gizi berdasarkan pengukuran antropometri. Sedangkan
pengertian status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
keseimbangan asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat
dilihat dari variabel-variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/
panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan panjang tungkai.
Menurut
perkiraan WHO, sebanyak 54% penyebab kematian bayi dan balita disebabkan oleh
keadaan gizi anak yang buruk. Risiko meninggal dari anak yang bergizi kurang 13
kali lebih besar dibandingkan anak yang normal (World Bank, 2006). Sementara di
Indonesia berdasarkan data Susenas tahun 2005 prevalensi balita gizi kurang
masih sebesar 8.8%.
Meskipun
secara tidak langsung, fisioterapi berperan pada dampak yang ditimbulkan
pada kelebihan dan kekurangan gizi di masyarakat.
Komentar
Posting Komentar