Indikasi melakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD)

Sumber gambar (rsjsoerojo.co.id)
Sejak 40 tahun yang lalu Resusitasi Jantung Paru (RJP) modern diperkenalkan, sampai saat ini banyak perubahan sesuai dengan perkembangan ilmu kesehatan dan kedokteran. Hal ini karena banyaknya korban henti nafas dan henti jantung. Untuk itu diperkenalkan teknik RJP yang tepat dapat memelihara produktivitas pasca bencana dan meminimalkan cidera saat ditolong.
Moto RJP adalah kita jangan menjadi korban berikutnya, sehingga diperlukan proteksi diri sebelum menolong korban. Dalam memberikan pertolongan pertama ini, jangan sampai membuat cidera tambahan.
INDIKASI PEMBERIAN BANTUAN HIDUP DASAR :
1.       Henti Nafas
Henti Nafas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernafasan korban gawat darurat. Henti nafas biasanya terjadi pada: Tenggelam, Obstruksi jalan nafas, Epiglotitis, Over dosis obat-obatan, Tersengat arus listrik, Infark Miokard, Tersambar petir, Koma akibat berbagai macam kasus.
Pada saat terjadi henti nafas, maka organ vital masih akan mendapatkan suplai oksigen yang tersisa dan itu akan bertahan hanya dalam beberapa menit. Jika segera diberikan bantuan pernafasan maka ini akan sangat bermanfaat bagi korban  agar tetap dapat hidup dan mencegah terjadinya hneti jantung.
2.     Henti Jantung
Henti jantung akan mengakibatkan terjadinya sirkulasi akan berhenti juga. Henti sirkulasi ini akan cepat menyebabkan otak danorgan vital lainnya kekurangan oksigen, pernafasan yang terganggu merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung.
Bantuan Hidup Dasar merpukan bagian dari pengelolaan gawat darurat medik yang bertujuan : Mencegah berhentinya sirkulasi atau respirasi, Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban melalui Resusitasi Jantung Paru (RJP),
Pemberian resusitasi jantung paru harus dilaksanakan dengan cermat. Terdiri atas 2 tahap, yaitu :
·        Survey Primer : dapat dilakukan setiap orang,
·        Survey Sekunder : hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis dan perawat yang terlatih,yang merupakan lanjutan dari survey primer. 
RESIKO BAGI PENOLONG BHD :
Memelihara keselamatn penolong dan korban sangat penting dalam melakukan resusitasi. TBC dilaporkan dapat menularkan penyakit pada penolong sewaktu memberikan BHD tanpa pelindung. Penularan HIV pada waktu penolongan BHD belum pernah dilaporkan. Namun penyaringan tertentu atau dengan sekat katup satu arah, dapat mencegah penularan bakteri dari korban kepada penolong pada waktu memberikan bantuan nafas dari mulut ke mulut. Misalnya menggunakan sapu tangan, tisue,dll. Penolong harus menggunakan alat pelindung diri (APD), yang tepat bila memungkinkan, terutama bila diketahui korban memiliki penyakit infeksi yang serius seperti, TBC, HIV-AIDs dan hepatitis.

Komentar